Festival Mbata di Cibal Barat, Bupati Deno: Saya Berharap Tradisi Ini Terus Dijaga dan Diwariskan

Kunjungan Kerja729 Dilihat

Mbata itu memberikan pesan tertentu. Artinya dalam Mbata ada firman yang mau diinternalisasikan ke dalam diri dan diwariskan sebagai suatu nilai budaya yang luhur.

Mbata, salah satu kesenian tradisional Manggarai—berupa lagu yang dinyanyikan yang diiringi irama tabuhan gong dan gendang—mulai tergerus oleh derasnya arus budaya dari luar. Untuk mengantisipasi hilangnya seni tradisi itu sebagai dampak dari derasnya pengaruh budaya luar, Pemerintah Kecamatan Cibal Barat menyelenggarakan festival (lomba) Mbata yang melibatkan para pelaku budaya dari sepuluh desa di Kecamatan Cibal Barat.

Kegiatan ini berlangsung satu malam, dimulai pukul 20.00 hingga pukul 23.00 Wita, hari Minggu, 12 Agustus 2019, di Golowoi, di Kantor Camat Cibal Barat. Selain untuk menjaga tradisi budaya yang ada, kegiatan lomba Mbata ini juga dilaksanakan untuk memeriahkan HUT proklamasi kemerdekan RI ke-74.

Tema umum dalam festival budaya di Kecamatan Cibal Barat ini adalah “Muku Ca Pu’u Neka Woleng Curup, Teu Ca Ambo Neka Woleng Lako“, sebuah ungkapan Manggarai yang adalah ajakan untuk bersatu hati, satu jiwa dalam sikap, dan tutur kata.

Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, S.H., M.H. secara resmi membuka agenda ini, dengan ditandai seremoni pemukulan gong.

Di hadapan para kelompok Mbata, dirinya menegaskan agar kegiatan Mbata ini terus dijaga dan diwariskan sebagai salah satu nilai luhur dalam budaya orang Manggarai.

“Saya bangga dan senang dengan kegiatan ini. Ini bagian dari tradisi kita. Saya hadir untuk memberi apresiasi dan penghargaan supaya tradisi ini terus dijaga dan diwariskan. Mbata itu memberikan pesan tertentu. Artinya dalam Mbata ada firman yang mau diinternalisasikan ke dalam diri dan diwariskan sebagai suatu nilai budaya yang luhur,” papar Bupati Deno.

Dalam kesempatan yang sama, Camat Cibal Barat, Karolus Mance, S. Sos., M.M. menceritakan bahwa fenomena sosial yang sedikit mencemaskan masyarakat Cibal Barat saat ini adalah derasnya pengaruh budaya luar yang mengakibatkan tergerusnya budaya lokal.

“Ini dasarnya pemerintah kecamatan menghidupkan kembali budaya ini. Untuk membentuk kembali karakter. Salah satu yang mulai hilang adalah budaya gotong royong yang kalau tidak dipacu secara terus-menerus maka akan benar-benar hilang. Selain itu budaya lonto leok juga kalau tidak dijaga akan hilang,” jelas Karolus.

Lebih lanjut dirinya memaparkan, ada tiga budaya Manggarai yang biasanya hadir dalam satu paket yaitu caci, mbata, dan danding. “Yang terjadi sekarang ini, kalau main caci maka caci saja dan tidak ada mbata dan danding. Dengan adanya kegiatan lomba Mbata ini, mengingatkan kita bahwa ternyata mbata dan sanda ini masih hidup,” tutur Karolus.

Karena itu, selama tiga tahun terakhir ini pihak Pemerintah Kecamatan Cibal Barat mencoba mempopulerkan kembali mbata dan sanda. “Sehingga mbata dan sanda ini tidak hanya sekadar nostalgia. Tujuannya adalah melestarikan dan mewariskan nilai budaya ini,” tuturnya.

Baca juga: Unik! Begini Pembagian Lingko Berbentuk Jaring Laba-Laba di Manggarai

Untuk diketahui, lomba Mbata yang melibatkan utusan dari sepuluh desa di Kecamatan Cibal Barat ini sudah dimulai sejak tahun 2017 lalu. Para peserta umumnya terdiri dari 50 persen orang muda dan 50 persen orang tua.

Biaya peserta yang merupakan utusan dari setiap desa ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah desa masing-masing sesuai kesepakatan bersama dengan Camat Cibal Barat dengan seluruh Kepala Desa se-Kecamatan Cibal Barat yang dianggarkan dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Rikardo Oben, salah seorang peserta Mbata dari Desa Wae Codi, mengaku bangga dengan kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini harus tetap dipertahankan untuk menjaga nilai-nilai budaya yang ada dalam diri orang Manggarai.

“Ini saya sudah ikut tahun ketiga. Kami akan bawakan irama Mbata Raeng. Irama ini dimaksudkan untuk memberi dukungan kepada setiap orang untuk berjuang. Saya bangga ketika orang memasukkan saya untuk terlibat dalam mbata ini,” tutupnya. (*)

Tim Humaspro Manggarai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *